Nabi
Ibrahim menyampaikan kepada anaknya,
إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
“Sungguh
aku telah bermimpi bahwa aku menyembelih kamu (Ismail), – Aku diperintahkan
agar aku menyembelih kamu, wahai Ismail. – Bagaimana menurutkanmu Ismail? Bapak
gelisah karena mimpi ini.” Ternyata jawaban dari anaknya di luar dugaan. Ia
tidak mengatakan, “Jangan!”, “Tidak mau. Saya tidak mau disembelih.”, atau
“Ayah jahat,” misalnya. Ternyata jawaban dari Ismail,
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِين
“Wahai
Bapakku, lakukan saja. Aku insya Allah termasuk orang-orang yang siap dengan
sabar menghadapi perintah Allah ini.” “Jadi pendapatmu seperti itu?” “Iya, itu
adalah perintah dari Allah. Lakukan saja, jangan ragu-ragu. Saya Insya Allah
termasuk orang-orang yang sabar dalam menghadapi ujian seperti ini.” Sang orang
tua, Nabi Ibrahim, mendapat dukungan terhadap mimpinya itu. Saat itu Nabi
Ibrahim hanya bisa berkata, “Ya sudah, bismillah kalau begitu. Saya siapkan
pisau yang tajam.” Pisau itu diasahnya bolak-balik sampai tajam betul. Jangan
sampai nanti nyangkut dan sebagainya, karena anak sudah siap.
Nabi
Ibrahim tidak pernah menduga bahwa anaknya, Ismail, setinggi itu kesabarannya.
Bahkan dengan tegarnya ia mengatakan,
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِين
“Bapakku,
lakukan saja – jangan ragu-ragu – apa yang Allah perintahkan. Insya Allah bapak
akan melihat saya tegar, siap.” Tentu saja bapaknya mendapatkan
dorongan/dukungan yang luar biasa. “Kalau memang begitu, bismillah saya akan
melaksanakan perintah Allah.” Diambillah golok dan diasah bolak-balik hingga
tajam dengan semata-mata ingin mendapatkan ridha Allah. Anak pun tega untuk
dipotong demi mendapatkan ridha Allah Swt. Ibu untuk mendapatkan ridho Allah,
ada sedikit saja di rumah sudah tidak mau.
Ketika
itu datanglah setan sambil berkata, “Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata
orang nanti, anak saja disembelih?” “Apa kata orang nanti?” “Apa tidak malu?
Tega sekali, anak satu-satunya disembeli!” “Coba lihat, anaknya lincah seperti
itu!” “Anaknya pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu kok
dipotong!” “Tidak punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti
itu! Belum tentu nanti ada lagi seperti dia.” Nabi Ibrahim sudah mempunya
tekat. Ia mengambil batu lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Batu itu
dilempar. Akhirnya seluruh jamaah haji sekarang mengikuti apa yang dulu
dilakukan oleh Nabi Ibrahim ini di dalam mengusir setan dengan melempar batu
sambil mengatakan, “Bismillahi Allahu akbar.”
Jadi
sekarang semua jamaah haji wajib melontar jumrah. Di sana jumrah itu sebenarnya
sebagai tanda semacam tugu. Bentuknya semacam tiang seperti ini, semacam tugu
ke atas bisa dilihat dan dilempar dengan niat bukan melempar tiangnya sebanyak
tujuh kali.
Setan/iblis
tidak putus asa, “Ah, bapaknya tidak bisa juga. Biar istrinya.” Istrinya
didatangi sama iblis. “Kamu mempunyai suami seperti itu, masak kamu yang capek,
kamu yang melahirkan, kamu yang membesarkan, suami kamu enak saja mau
menyembelih anak itu. Apa kamu orang perempuan memang tidak mempunyai perasaan?”
Ia dibujuk dengan bermacam-macam cara. Tapi istrinya juga sudah sama-sama
bertekat karena tahu bahwa anaknya juga sudah siap seperti itu. Ia pun
mengambil batu dan mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.”
Kalau
lemparan pertama berada di satu tempat, lemparan yang kedua berbeda.
Lemparan yang pertama sekarang diperingati sebagai jumrah aqabah. Sedangkan
yang kedua adalah jumrah wustha namanya. Itu adalah ibunya. Yang terakhir setan
menggoda Ismail. “Eh, kamu tidak tahu kalau hidup ini enak, kok kamu nurut saja
sih. Kamu masih bisa ini masih bisa itu di dalam hidup ini. Kamu kok nurut saja
padahal setelah itu kamu mati, tidak bisa apa-apa.” Ismail juga mengambil batu
lalu melempar setan sambil mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Dilemparlah
setan ini tiga kali hingga sekarang berwujud menjadi jumrah sughra.
Karena
setan ini sudah minggir semua sebab dilempari dan mereka tidak menggoda lagi,
Ibrahim dengan mudah melaksanakan niatnya. Ismail dimiringkan ibarat kambing
yang mau dipotong, dikasih ganjel, dan sebagainya. Goloknya juga sudah dicoba
memang sudah tajam betul. Ketika Ibrahim mengucapkan, “Bismillahi Allahu
akbar,” ternyata bukan Ismail yang dipotong tetapi Allah ganti dengan kambing
gibas. Ismail tetap berada di sampingnya dalam keadaan segar bugar. Yang
dipotong bapaknya ternyata adalah kambing. Itulah asal usul kurban, hari raya
Kurban. Dalam bahasa arabnya berarti Idul Adha. Kemudian kita berkurban ini
bahasa arabnya adalah udhhiyah, yaitu kambing kurban. “Tanggal dua puluh tujuh,
ya?” Tanggal dua puluh tujuh nanti insya Allah ada hari raya Kurban. “Ibu sudah
siap mau Kurban?” “Mau kurban perasaan atau mau kurban kambing?”
Baiklah
ibu-ibu sekalian, untuk itu pada kesempatan ini saya ingin menjelaskan tentang
kurban itu. Ibu-ibu sekalian, kurban adalah memotong kambing pada hari raya
Idul Kurban atau Idul Adha. Satu ekor kambing hanya untuk satu orang. Kurban
satu ekor kambing tidak boleh untuk satu rumah. Niatnya, “Ini kurbannya orang
satu rumah,” tidak boleh. Satu ekor kambing itu untuk satu orang. Ia bisa saja
diniati untuk si bontot, misalnya. Bisa juga diniati untuk bapaknya atau untuk
istrinya atau untuk anaknya yang pertama. Silahkan muter saja. Boleh seperti
itu. Kalau kita mau ramai-ramai – Alhamdulillah semuanya ada. Dananya juga cukup.
Ada bapak, ada istri, ada suami, ada anak, semuanya berjumlah tujuh. Kalau ini
mau dijadikan satu, bisa, yaitu dengan berkurban seekor kerbau atau sapi. Kalau
pada masa Rasulullah Saw. dulu adalah unta. Itu bisa saja. Jadi kalau kerbau
itu bukan untuk sendiri, tapi untuk tujuh orang. Sapi juga untuk tujuh orang.
Ini bisa dilakukan seperti itu. Tetapi kalau satu ekor kambing untuk
ramai-ramai, tidak boleh. Misalnya, di sini para santri per kelas ramai-ramai
membeli kambing. Saya kira itu namanya bukan Kurban. Kalau kamu membeli kambing
ramai-ramai dan dipotong pada hari raya Idul Kurban, itu namanya kambing
shodaqoh. Itupun kalau kamu bagi-bagi. Kalau dimakan sendiri, ya namanya
patungan makan bersama. “Bagaimana ustadz sebagian dibagi pada yang lain dan sebagian
dimakan sendiri?” Yang dibagikan pada orang lain namanya shadaqah, sedangkan
yang dimakan sendiri bukan shadaqah.
“Satu
orang bisa dua atau tiga kambing?”
“Tidak
apa-apa, bu. Nanti saya jelaskan, ibu-ibu sekalian. Kalau ibu paham betul,
mungkin ibu bisa mengatakan, “Saya sudah kurban sampai lima puluh kali,
ustadz.” Bisa saja karena itu tidak ada kaitannya dengan jumlah kalau sudah
sekali ya sudah tidak perlu lagi. Baiklah ibu-ibu sekaliyan, saya jelaskan saja
bagaimana Rasulullah menjelaskan pada kita tentang kurban ini. Sebenarnya
setiap ibadah itu diberikan balasan oleh Allah Swt. Shalat juga diberikan
balasan. Macam-macamlah balasan shalat itu; di antaranya adalah ampunan dosa.
Karena yang kita minta macam-macam, maka dengan shalat itu Allah juga akan
memberikan yang macam-macam; rizki lancar dan sebagainya.
Itu
shalat. Sekarang kalau kurban itu apa? Rasulullah Saw. pernah ditanya oleh para
sahabat,
قال أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما هذه الأضاحي ؟ قال : سنة أبيكم إبراهيم
“Para
sahabat bertanya kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulullah, berkurban itu apa sih
maksudnya?’” Memotong kambing kurban pada hari raya atau pada hari idul adha
itu apa sih sebenarnya? Rasulullah Saw. menjawab bahwa kurban itu adalah
tradisi yang dilakukan oleh kakekmu Ibrahim as. Jadi Nabi Ibrahim itu yang
pertama kali berkurban. Pada awalnya niat Nabi Ibrahim sebenarnya bukan
mengurbankan kambing. Karena menjalankan perintah Allah Swt. anaknya siap untuk
dijadikan kurban. Tetapi Allah menggantinya dengan hewan kurban. Sejak Nabi
Ibrahim memotong anaknya dan ternyata itu adalah kambing, Nabi Ibrahim
melakukan seperti itu. Ini adalah tradisi yang telah dilakukan oleh kakekmu
Nabi Ibrahim.
قالوا : فما لنا فيها ، يا رسول الله ؟ قال : بكل شعرة من الصوف حسنة .
Para
sahabat bertanya lagi, “Kalau kita berkurban, kita dapat apa?” “Kita dapat apa
kalau kita berkurban, wahai Rasulullah?” Artinya, kita nanti akan dibalas apa
oleh Allah Swt.? Rasulullah menjawab bahwa setiap rambut dari bagian-bagian
yang ada di kambing itu Allah akan berikan satu kebaikan. “Ibu, ada yang pernah
menghitung rambut di telinga ini berapa?” Banyak sekali jumlahnya. Di kaki
saja, di kikil kaki yang biasa ibu bakar itu kira-kira berapa rambutnya? Atau
di mata itu yang sedikit itu berapa rambutnya?
لكل شعرة حسنة
“Setiap
satu rambut itu Allah akan berikan kebaikan.” Ibu ingin kebaikan kan? Baju
ingin yang baik. Makanan yang dimakan maunya juga makanan yang baik. Semuanya
ingin dalam kondisi yang baik. Rizki yang kita dapatkan juga rizki yang baik.
Segala sesuatunya ingin yang baik-baik. Allah akan berikan satu kebaikan untuk
setiap rambutnya. Jadi besar sekali pahalanya itu, bu. Pertanyaan tadi, “Kita
sudah satu kali berkurban, kalau dua atau tiga kali apa tidak kebanyakan,
ustadz?” Apa ada orang yang sudah merasa cukup dengan mendapatkan kebaikan
dengan jumlah tertentu? Yang namanya manusia sudah mendapatkan yang banyak juga
ingin lebih banyak lagi.
Nah,
jadi kalau ibu-ibu memang benar-benar ingin kebaikan, ayo silahkan. Kalau tahun
ini tidak bisa, tahun depan masih ada barangkali. Niati beli kambing yang masih
kecil, harganya tidak seberapa. Kambing itu dipelihara selama satu tahun. Kalau
sudah besar, dipotong, sudah bisa jadi kurban. Setiap rambut itu akan Allah
berikan kebaikan. Berapa banyak kebaikan yang Allah berikan pada diri kita?
Kalau kita bilang tidak terhitung banyaknya karena kita belum pernah menghitung
dan saya yakin di dunia ini belum pernah ada orang yang mencoba menghitung.
Itulah kebaikan yang Allah tawarkan. Allah tawarkan kepada Ibu-ibu, apakah Ibu
mau mengambil kebaikan ini atau tidak. Silahkan, kalau memang mau, “Bismillah,
dari sekarang nawaitu (saya niat),” sudah niat Ibu mau kurban.
Ibu semua mau kurban, bu? Soal kapannya asal sekarang sudah niat, ya bu ya?
Tidak bisa tahun ini, tahun depan. Tidak bisa tahun depan, tahun depannya lagi.
Kalau kambing itu sekarang ini harganya satu juta yang besar, misalnya, untuk
kurban, kalau Ibu menabung satu hari seribu saja, tiga tahun ibu sudah bisa
kurban. Seribu, satu hari seribu. Kalau Ibu menabung lima ribu per hari, satu
tahun Ibu bisa kurban dua ekor. Pilih yang mana, Bu? Pilih anaknya sekarang
berapa? Yang anak mungkin tiga ratus atau dua ratus. Tapi kadang-kadang
orang yang mempunyai anak kambing bilang, “Tidak mau saya jual, masih
kecil, kasihan.” Anak kambing umur enam bulan lepas dari susuan sekarang bisa
sekitar tiga ratus atau mungkin empat ratus. Dipelihara satu tahun sudah
langsung bisa untuk kurban. Tapi itu kan besar. Kalau Ibu mau dengan modal
kecil, itu tadi juga bisa. Satu hari menyimpan lima ribu misalnya, maka satu
tahun ibu sudah bisa kurban dua. Berarti kalau satu ekor, ya ibu menabung dua
ribu lima ratus. Ibu menyimpan dua ribu setiap hari, insya Allah Ibu juga dapat
untuk kurban itu selama satu tahun. Kira-kira ibu bisa menyimpan satu hari
seribu, Bu? Bu, kira-kira bisa tidak? Bagaimana Bu? Apa kita di sini perlu ada
simpanan untuk kambing kurban begitu? Nanti dicatat begitu Ibu? Bu, ini sudah
lima ratus lebih ni Bu. Biarin masih nambah lagi misalnya, apa begitu? Boleh
saja kita bantu. Kita bantu ibu menabung untuk kurban misalnya. Itu bisa saja,
kalau Ibu mau.
لكل شعرة حسنة
“Setiap
rambut itu akan menghasilkan satu balasan kebaikan dari Allah Swt.” Ini yang
menarik bagi kita untuk kurban. Yang lain Rasulullah Saw. juga pernah
menyampaikan kepada anaknya, Fatimah,
يا فاطمة قومي إلى أضحيتك فاشهديها فإن لك بأول قطرة تقطر من دمها يغفر لك ما سلف من ذنوبك قالت يا رسول الله هذا لنا خاصة أهل البيت قال لنا وللمسلمين
“Hai
Fatimah, kamu sana lihat kambing kurbanmu! Kamu saksikan, Kamu lihat itu!
Kambing kurbanmu lagi dipotong itu.” Fatimah ini anaknya. “Kamu coba lihat,
darah yang pertama kali menetes jatuh ke tanah itu akan bisa menghapuskan
dosa-dosamu, akan bisa menghilangkan, menghapuskan dosa-dosamu.” Jadi bukan
saja bulunya yang Allah berikan balasan, yaitu setiap bulu itu satu kebaikan,
tetapi darah yang menetes pertama kali itu akan bisa menghapuskan dosa-dosa
yang telah kamu lakukan. Ini kata Rasulullah.
Ibu
ingin dosanya diampuni? Tinggal lakukan itu. Di sini ternyata darah yang
menetes pertama kali itu akan bisa melenyapkan dosa-dosa yang telah lalu.
Fatimah bertanya karena terkejut melihat begitu banyaknya, setiap bulu
diberikan balasan dengan kebaikan kemudian sekarang setiap darah yang menetes
bisa menghapuskan dosa,
قالت يا رسول الله هذا لنا خاصة أهل البيت قال لنا وللمسلمين
“Ya
Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita ahlul bait, keluarga Rasulullah?”
Rasulullah menjawab, “Ini semua bagi siapa saja yang melakukan kurban itu akan
mendapatkan seperti itu. Bukan hanya kita, keluarga rasul, tetapi juga seluruh
orang Islam yang berkurban.” Bagaimana kalau yang kurban itu orang-orang kafir?
Kadang-kadang orang kafir kalau seperti ini ikut-ikutan kurban, bu. Mereka
membagi-bagi daging; orang Hindu, PT-PT, perusahaan, china-china itu melakukan
kurban.
Orang-orang
kafir itu, orang-orang yang bukan Islam itu, dikatakan di dalam al-Quran,
أعمالهم كسراب
“Amal
perbuatan mereka itu seperti fatamorgana.”
Fatamorgana
itu, kalau ibu lihat jalan yang baru diaspal dari jauh seakan-akan ada airnya,
sepertinya ada airnya begitu, basah begitu, dari jauh kelihatannya basah, itu
kalau di padang pasir kelihatannya seperti lautan, biru begitu, dilihat ada
lautan di depan situ. Fatamorgana itu sering menipu orang. Kalau dihampiri
sepertinya dekat di situ, tapi di depan sini tidak ada, masih ada di depan lagi
begitu. Jadi orang yang mengejar fatamorgana itu tidak tahu semakin jauh sekali
sudah terlewati. Itu fatamorgana. Biasanya pada siang hari kita lihat itu di
jalan. Kalau kita di daerah sini tidak terlalu terasa karena naik turun, juga
karena jalannya rusak. Tetapi kalau seperti jalan di Jakarta, di jalan tol dan
sebagainya, biasanya seperti ada airnya, padahal bukan air. Kalau di padang
pasir seakan-akan di depan ada air seperti laut, tetapi saat dihampiri ke sana,
semakin jauh ternyata tidak ada di situ, masih di depan terus, di mana ini
tempatnya? Nah, amal kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang kafir,
orang-orang non muslim itu, bagi mereka yang melakukan seakan-akan akan
mendapatkan balasan, akan mendapat pahala, dibalas oleh Allah, tetapi
kenyataannya mereka tidak mendapatkan apa-apa. Itu seperti PT-PT, China-china
juga banyak, Bu. Katanya Extra Joss itu kurban satu juta kambing. Saya tidak
tahu apakah orang Islam atau bukan? Tapi yang jelas saat kita diberi kambing,
asalkan cara memotongnya benar, itu halal-halal saja, sekalipun yang memberi
itu orang kafir. Orang kafir mengasih kambing hidup pada kita, kita terima apa
tidak, Bu? Asal kita memotongnya dengan cara Islam, ya halal-halal saja. Tetapi
kalau sudah dipotong oleh mereka, nah, di sini sekalipun kambing, kita harus
menanyakan siapa yang memotong? Mereka. Mereka membaca bismillah atau tidak?
ما أهل لغير الله
Jadi ia dipotong
bukan dengan nama Allah. Sekalipun ayam atau kambing itu menjadi haram.
Hati-hati
Ibu membeli daging di pasar! Kadang-kadang ayam sudah mati, tapi dipotong
dengan menggunakan mesin semuanya. Mereka telah dipotong sekalipun asalnya
mati. Ibu-ibu bisa tidak membedakan ayam ini mati sebelum dipotong atau mati
setelah dipotong? Bisa tidak, Bu? Sekarang bangkai itu dikasih kunyit sehigga
tidak tampak lagi biru. Semuanya tampak kuning. Begitu kan? Ini sulit sekali,
Bu. Saya di sini pernah memelihara ayam. Perhatikan, Bu, pengalaman saya. Ayam
ini ketika ditangkap ada yang mati. Tapi yang mati ini oleh yang beli, yang
bawa mobil, yang menempatkan ayam di keranjang-keranjang itu dibawa saja,
padahal ayam itu sudah mati. Katanya nanti untuk pakan ini. Itu alasannya
kepada kita. Tetapi di sana nanti masuk ditimbang lagi, masuk nanti akan
dibayar. Artinya bangkai itu dijual. Bangkai itu nanti akan dipotong dan
dicampur dengan yang ada. Apalagi kalau tidak dijual masih dalam keadaan utuh.
Sekarang kan ayam dikuliti, diambil dagingnya, dijadikan nuget dan macam-macam,
Bu; bakso, sate, dan sebagainya, semakin tidak tampak lagi, dijual untuk bubur
ayam, untuk bakso, untuk sate, dipotong-potong, ditusuk-tusuki, kemudian
dibakar, mau tampak apa? Rasanya sama saja. Nah, yang seperti ini semakin
meragukan karena hampir setiap orang membeli ayam itu seperti itu. Maka kalau
kita tidak yakin betul bahwa yang menyembelih itu orang Islam atau bukan, lebih
baik ibu membeli ayam hidup kemudian dipotong sendiri. Itu lebih aman.
Di
Jakarta sekarang, Ibu-ibu sekalian, – saya kira tidak hanya di Jakarta, tapi
sudah merambah kemana-mana, – daging sapi, daging kerbau, itu dicampur dengan
daging babi karena jumlah babi di Indonesia lebih banyak daripada jumlah sapi
dan kerbau. Kalau sapi beranak satu-satu, satu tahun satu. Babi sekali beranak,
katanya Bu, seperti kelinci saja. Ini dimanfaatkan oleh para tukang potong yang
sekarang. Kalau dulu tukang potong itu umumnya orang Islam, Bu. Sekarang
orang-orang China juga menjadi tukang potong, Bu. Mereka menjadi tukang potong
ayam, tukang potong sapi, ya sudah kacau balau. Kadang-kadang seperti itu
dibiarkan saja oleh pemerintah; tidak ada persyaratan harus orang Islam karena
di sini kebanyakan orang islam, tidak ada yang seperti itu. Yang penting sudah
ada izin, beres.
Saya
melihat seperti di Pal Merah itu China-china itu menjadi tukang potong ayam.
Karena mereka ingin mendapatkan keuntungan yang banyak, dimasukkan daging babi,
dioplos seperti itu. Inilah resikonya kalau orang tidak tahu agama. Kita yang
beragama ini akan kena juga. Memang resikonya seperti itu. Pemerintah juga
kadang-kadang begitu, Bu. Apa tidak diperiksa oleh pemerintah? Diperiksa. Tapi
tukang periksanya juga dikedipi mata saja, sudah tahu dia. Jangan macam-macam
lah! Sebelum memeriksa, dicegat dulu. Kalau perlu dikasih minum dulu, dikasih
rokok dulu. Jadi sudah kacau balau, sudah kacau balau masalah daging-daging
seperti ini.
Ibu-ibu
sekalian saya lanjutkan, jadi tetesan darah pertama akan menjadi penghapus dosa
kita. Ini untuk kita semua, orang Islam, bukan hanya keluarga Rasulullah
seperti yang tadi ditanyakan oleh Fatimah, “Kok begitu besarnya, begitu
banyaknya, apakah ini khusus untuk kita-kita ini, ya Rasulullah, keluarga
nabi?” Bukan, ini untuk kita dan juga orang lain akan Allah berikan sama
seperti itu.
Kemudian
Rasulullah menjelaskan lagi di yang lain,
يا فاطمة قومي فاشهدي أضحيتك فإن لك بأول قطرة من دمها مغفرة من كل ذنب أما إنه يجاء ولحمها ودمها توضع في ميزانك سبعين ضعفا
Rasulullah
masih menyuruh Fatimah supaya dia melihat binatang kurban ketika dipotong,
“Cepat kamu lihat itu!” Di samping setiap darah yang menetes ini akan mencuci
dosa-dosa kita, menghapuskan dosa-dosa kita, kata Rasulullah, nanti binatang
kurbanmu itu akan datang dengan lengkap – termasuk darahnya – dan akan
diletakkan di timbangan kebaikanmu. Kalau kambing yang kita timbang itu hanya
tiga puluh kilo, diganti oleh Allah dengan tujuh puluh kali lipat, bu. Biasanya
kambing kurban ada yang tiga puluh kilo. Yang besar ada yang empat puluh kilo.
Kalau yang kecil-kecil dua puluh lima kilo, misalnya. Itu nanti ketika
diletakkan di timbangan kebaikan bukan hanya dua puluh kilo atau tiga puluh
kilo, tetapi dikalikan tujuh puluh kali lipat. Jadi kalau misalnya tiga puluh
kilo, maka dikalikan tujuh puluh kilo, berapa ya, Bu? Tiga kali tujuh, dua ribu
seratus. Dua ribu, dua ton, dua puluh kuintal, dua puluh satu kuintal. Jadi
besar sekali pahala kurban ini. Tadi dari sisi rambutnya saja sudah tidak
terhitung. Dari sisi rambut sudah tak terhitung, dari sisi darahnya saja bahwa
darah yang menetes itu akan menghapuskan dosa-dosa kita yang telah kita
lakukan, kemudian juga timbangan kita nanti akan Allah lipat gandakan sampai
tujuh puluh kali lipat dari kambing yang kita kurbankan. Luar biasa masalah
kurban ini.
قال أبو
سعيد : يارسول الله ، هذ لآل محمد خاصة فهم اهل لما خصوا به من خير أو لآل محمد
والمسلمين عامة
Karena
kaget melihat begitu besarnya pahala, Abu sa’id juga hampir-hampir tidak
percaya itu karena besar sekali. Maka ia bertanya, “Apakah ini khusus untuk
keluarga Nabi Muhammad saja? Masa kita juga bisa dapat seperti begitu? Rasanya
sepertinya tidak layak mendapatkan bagian seperti itu. Ini barangkali khusus
untuk keluarga Rasul.” Tapi dijawab oleh Rasulullah, “Itu tidak hanya untuk
kami keluarga Muhammad, tetapi untuk seluruh kaum muslimin.” Ini ditegaskan
lagi. Fatimah juga pernah bertanya seperti itu juga. Tapi dijawab oleh Rasul,
“Bukan, bukan hanya untuk kita. Semua akan mendapatkan seperti itu.” Abu Sa’id
rupanya juga seperti tidak percaya, “Apa iya, kok besar sekali seperti itu. Ini
barangkali untuk keluarga Nabi Muhammad saja.” Tapi dijawab oleh Rasul Saw.,
“Ini untuk semua orang-orang Islam.” Inilah tentang kurban, dari pahalanya
memang cukup luar biasa. Tetapi kita semua kadang-kadang menganggap, “Alah, itu
kan cuma sunnah saja, ya Rasulullah. Kalau melakukan, dapat pahala. Kalau tidak
melakukan, tidak apa-apa.” Kita kadang-kadang salah dalam memahami agama bahwa
kalau yang sunnah itu ya kalau bisa, kalau tidak kan tidak apa-apa, tidak dosa,
padahal kita hidup ini untuk mendapatkan kebaikan. Jangan pernah Ibu merasa
sudah cukup modal untuk hidup yang kekal abadi di akhirat nanti. Jangan pernah
Ibu merasa cukup selama ini, padahal ibu masih akan hidup besok, minggu depan,
bulan depan, tahun depan, maunya juga masih hidup sepuluh tahun lagi, dua puluh
tahun lagi, tiga puluh tahun lagi, Ibu masih perlu kebaikan-kebaikan, ibu masih
perlu balasan dari Allah Swt, yang balasan dari Allah itu, saya ingatkan sekali
lagi pada Ibu-ibu sekalian, tidak hanya di akhirat, tetapi di dunia pun orang
yang banyak melakukan kebaikan-kebaikan akan dimudahkan oleh Allah Swt,
diberikan kebaikan-kebaikan oleh Allah Swt. Mari kita adakan gerakan
untuk kurban ini. Kalau memang perlu adanya tabungan untuk kurban, saya siap
melayani. Tidak kurban tahun depan, tahun berikutnya insya Allah bisa. Meskipun
cuma menabung seribu, nanti akan jadi banyak. Mungkin ada yang bisa satu tahun,
dua tahun, tiga tahun, tidak apa-apa, daripada ditanya, “Ingin kurban?”,
bilangnya, “Ingin,” tapi sampai mati tidak kurban juga. Kita ingin mendapatkan
kebaikan yang ditawarkan yang sangat banyak.
Kita
lihat lagi keistimewaan lain dari kurban ini. Tadi kata Rasulullah Saw, dari
sisi bulunya akan dibalas oleh Allah Swt., dari sisi darahnya bahwa setiap
darah yang menetes itu akan menghapuskan setiap dosa yang telah kita lakukan,
dari sisi beratnya itu nanti oleh Allah Swt. akan dibalas dengan tujuh puluh
kali lipat. Di dalam hadits ini,
روي عن علي رضي الله عنه عن النبي صلى
الله عليه وسلم قال : يا أيها الناس ، ضحوا واحتسبوا بدمها فإن الدم وإن وقع في
الأرض فإنه يقع في حرز الله عز وجل
Dari Ali
ra. Nabi Saw. bersabda, “Wahai manusia, berkorbanlah kamu sekalian dan harapkan
dari kurbanmu itu dengan darahnya, yakni dari apa yang dibailk darahnya. Karena
darah kurban itu sekalipun jatuh ke tanah, sebenarnya ia tidak jatuh ke tanah
tapi jatuh di pangkuan Allah.” Kalau darah tersebut jatuh ke pangkuan Allah,
maka Allah akan berikan apa yang menjadi keinginanmu, Allah akan memberikan
balasan kepadamu.
Pada
hadits yang lain,
وروي عن حسين بن علي رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
من ضحى طيبة نفسه محتسبا بأضحيته كانت له حجابا من النار
Husain,
cucu Nabi, meriwayatkan sebuah hadits, “Barangsiapa yang berkurban dengan
ikhlas, dengan senang hati, dia semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah dari
kurbannya itu, maka dia akan mendapatkan tabir (pelindung) yang menghalangi dia
dari neraka.” Ia akan mendapatkan pelindung sehingga dia tidak pernah masuk ke
dalam neraka. Jadi kambing itu akan menghalangi kita masuk neraka kalau kita
berkurban dengan ikhlas, bukan karena ingin masuk berita dan sebagainya.
Pelindung dari neraka itu tidak hanya berupa seekor kambing. Kalau hanya seekor
kambing, yang dilindungi hanya pada bagian tertentu saja, padahal neraka kan
begitu luasnya. Tentu saja yang Allah Swt. berikan adalah bobotnya, yaitu
dikalikan tujuh puluh, satu kilo dikalikan tujuh puluh kilo, misalnnya. Untuk
itu, hendaknya bagi yang mampu untuk berkurban segera. Yang memiliki rizki
silahkan berkurban. Kalau tidak bisa, ya tahun depan. Mari berdo’a agar tahun
depan bisa ikut berkurban.
Kalau
ibu susah beli kambing, di pesantren ini banyak kambing. Kambing kita di
pesantren ini yang sudah memenuhi syarat untuk kurban kira-kira ada 310 ekor.
Harganya ibu tinggal pilih. Mau pilih yang besar, silahkan. Mau pilih yang
sedang-sedang saja, silahkan. Mau pilih yang agak kecil tapi memenuhi syarat,
juga silahkan. Semuanya ada. Harga persisnya saya kurang tahu. Pak Trimo tukang
kambingnya. Kambing kita dititipkan di kampung-kampung dengan sistem bagi
hasil. Di sini ada wali murid yang daerahnya cocok sekali untuk beternak
kambing, di daerah Pamijahan.
Ibu-ibu,
kalau tidak bisa berkurban sekarang, kita berdoa terus, mudah-mudahan tahun
depan bisa berkurban. Syukur-syukur setiap anak kita aqiqahi. Kita sebagai
orang tua akan senang, kalau setiap anak sudah kita aqiqahi, setiap anak juga
sudah kita potongkan kambing kurban untuk anak kita, di samping diri kita.
Orang
yang kurban dengan jiwa yang tenang, yang ikhlas, tidak macam-macam, tidak
ingin namanya dicantumkan di televisi, di surat kabar, pokoknya ikhlas saja,
hanya mengharapkan ridha Allah, maka oleh Allah kurban itu akan dijadikan
penghalang bagi kita untuk masuk ke dalam neraka. Sehingga kita tidak akan
masuk neraka karena ada penghalangnya yang Allah ciptakan sebagai pengganti
dari kambingnya itu.
Orang
Arab, kurbannya sudah sampai ke mana-mana, karena orang Arab itu sudah biasa.
Kambing itu sudah bukan sesuatu yang istimewa. Kurbannya ke mana-mana, ke
seluruh Indonesia. Tahun lalu kita juga dapat dari Arab. Biasanya ada telpon,
“Ini ada kambing sepuluh, potong di sini, bagi-bagi.” Itu karena orang Arab
tahu keistimewaan kurban. Kita ini kan jarang tahu tentang hal ini. Pengajian
di kampung-kampung juga jarang dibaca tentang yang begini ini, sehingga
kadang-kadang kalau berkurban, kita meniru saja. Dulu si anu kurban, ya ikut
kurban. Sehingga kita kadang-kadang tidak mengerti. Ada orang lain kurban, ya
kita ikut kurban. Tentang dapat apa, seperti kata sahabat tadi, “Kita dapat
apa, Rasulullah?” Ternyata setiap bulu akan Allah ganti dengan kebaikan, setiap
darah yang menetes akan bisa menghapuskan dosa kita, kambingnya itu nanti akan
lengkap dan timbangannya akan dikalikan tujuh puluh kali lipat. Itu banyak
sekali. Bahkan, Fathimah, putri Rasulullah Saw. bertanya, “Ya Rasulullah, ini
untuk kita saja, untuk keluarga?” Jawab Rasul Saw., “Bukan, untuk kita dan
untuk semua orang Islam.” Orang luar, Abu Sa’id, ketika mendengar juga berkata,
“Ini untuk keluarga Nabi saja?” Rasulullah Saw. menjawab lagi, “Bukan, ini
untuk umat Islam seluruhnya.”
Ternyata
bukan hanya bobotnya yang dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali lipat,
tetapi kambingnya ini nanti akan diganti dengan sebuah dinding yang tebal, yang
bisa menghalangi kita dari neraka. Bayangkan, saat kita menuju surga, kita
harus melewati shirathol mustaqim, yang kata guru ngaji saya, itu
sebesar rambut dibagi tujuh. Orang naik baru kakinya yang menempel langsung
jatuh sedangkan di bawahnya itu adalah neraka. Kalau kita berkurban, maka ada
sesuatu yang menghalangi kaki kita agar tidak jatuh, mungkin bisa berupa mobil,
mungkin bisa berupa sandal, yang tidak bisa masuk ke neraka. Dan ini untuk
semua umat Islam bukan hanya untuk keluarga Nabi Saw.
Di sini
juga ada hadits yang lain. Rasulullah Saw. menyatakan,
ما أنفقت الورق في شيء أحب إلى الله من
نحر ينحر في يوم العيد
“Tidak
ada uang yang digunakan untuk membeli sesuatu yang lebih Allah sukai daripada
uang itu digunakan untuk membeli binatang kurban dan dikurbankan pada hari Idul
Kurban.”
Kita kan
suka belanja. Yang paling disukai oleh Allah Swt. berbeda dengan yang kita
sukai. Jika kita punya uang banyak, kita gunakan untuk membeli baju yang bagus,
kita gunakan untuk membeli makanan yang paling enak, dibelikan apa-apa yang
paling bagus. Tapi Rasulullah Saw. menyatakan, “Tidak ada yang lebih baik
daripada uang yang kita gunakan untuk membeli kambing untuk dikurbankan pada
hari Raya Idul Kurban.” Itu yang paling Allah sukai. Anak kambing namanya apa,
bu? Kalau di Jawa, anak kambing namanya cempe, anak sapi namanya pedhet, anak
kerbau namanya gudhel. Di Sunda saya kira juga ada, mungkin ibu tidak paham.
Ibu membeli anak kambing yang kecil kemudian di besarkan, atau menabung seperti
tadi.
Baiklah
Ibu-ibu sekalian, mari kita gali terus apa yang disampaikan oleh Rasulullah
Saw. tentang kurban ini. Selanjutnya adalah hadits yang disampaikan oleh Abu
Umamah ra.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : خير
الأضحية الكبش وخير الكفن الحلة (رواه أبو داوو والترمذي)
Dijelaskan
lagi bahwa sebaik-baik kurban adalah al-kabsy, yaitu kambing yang
bertanduk. Itu yang paling bagus untuk kurban. Yang lain juga boleh, tapi yang
ini dianggap yang paling bagus. Di Indonesia ada kambing Jawa, kambing gibas,
kambing garut, dll. Yang paling bagus adalah yang punya tanduk.
Rasulullah
juga menyatakan,
من وجد ساعة لأن يضحي فلم يضحي فلا يحضر
مصلانا
Ini penting
sekali. “Orang yang dalam kondisi longgar, mempunyai uang untuk sekedar
berkurban, beli seekor kambing, tapi dia tidak mau melakukan itu, maka
janganlah ke mushalla kami.” Ini adalah peringatan keras dari Rasulullah Saw.
Dia sudah punya duit, disuruh kurban tidak mau. Dia tidak akan bisa dekat
dengan Rasulullah Saw. karena pahalanya kurang, tidak memenuhi syarat. Ini
seharusnya membuat kita berpikir, “Kalau begitu, harus berkurban supaya kita
bisa dekat dengan Rasulullah Saw.” Jadi kita harus niat jangan sampai kita
berpikiran, “Ya kalau bisa kurban, kalau tidak bisa tidak dosa kan?” Tidak
dosa, tapi juga tidak mendapat pahala. Kalau kita tidak mendapat pahala mau
apa? Sedangkan kita bisa menikmati surga itu kalau kita punya bekal pahala.
Kalau kita tidak mempunyai bekal, kita tetap saja di neraka. Maka kita harus
berpikir bagaimana supaya kita bisa berkurban. Kita tidak perlu memikirkan yang
lampau. Yang sudah biarlah yang sudah. Tapi kita masih punya waktu, inilah yang
harus kita pikirkan. Sebenarnya orang Islam itu kalau benar-benar menjalankan
ajaran Islam, semuanya bisa berkurban. Apalagi janji Allah tadi bahwa orang
yang berkurban itu akan diganti oleh Allah, tidak hanya di akhirat. Yang tadi
dijelaskan itu memang di akhirat, tetapi pada minggu lalu sudah disampaikan
bahwa setiap hari ada malaikat yang Allah turunkan untuk memantau umat ini.
Bahkan masing-masing dari kita ini ada malaikat yang memantau usaha kita,
perbuatan kita. Ketika kita mengeluarkan uang, malaikat ini langsung berdoa,
اللهم أعط منفقا خلفا
“Ya
Allah, berikanlah ganti. Dia mengeluarkan uangnya untuk bayar kurban. Ya Allah,
gantilah ia.” Malaikat ini terus mendoakan. Ketika kita ada uang tapi tidak mau
membeli kurban, malaikat yang satunya mendoakan,
اللهم أعط ممسكا تلفا
“Ya Allah,
orang ini bakhil ya Allah, tidak mau mengeluarkan uang padahal dia mempunyai
uang. Hancurkan ia, ya Allah.” Na’udzubillahi min dzaalik. Dia
bisa, tapi dia tidak mau mengeluarkan. Dia pelit, bakhil. Maka Rasulullah Saw.
mengatakan lagi, “Orang yang mempunyai kemampuan, tapi tidak mau berkurban,
maka jangan dekat-dekat masjidku, jangan dekat-dekat tempat shalatku.” Artinya,
kalau orang itu tidak boleh dekat-dekat dengan Rasulullah, lalu dimana
tempatnya? Kita ingin dekat dengan Rasulullah. Kita ingin masuk surga
seperti Rasulullah Saw., ingin di dalam surga dan sebagainya, tapi sudah
ditolak karena kepelitan ini. Pelit itu sebenarnya penghalang segalanya. Orang
yang hidupnya pelit, bakhil, dan kikir tidak akan maju. Rizkinya juga sangat
minim sekali. Tapi orang yang dermawan semakin banyak gantinya oleh Allah Swt.
Ia akan menjadi semakin kaya. Maka kita jangan pelit, sekalipun pelit ini
mempunya banyak sekali pengertian, tidak hanya dalam hal harta. Misalnya,
seorang karyawan bekerja hanya banyak istirahat. Sedangkan temannya rajin
sekali. Itu juga pelit. Ibu punya waktu untuk mengaji, tetapi Ibu tidak mau
mengaji. Itu juga pelit waktu. Mestinya ibu bisa ngaji, tidak ada apa-apa, tapi
Ibu tidak mau mengaji. Itu juga pelit waktu. Pelit itu bisa saja pelit ibadah;
yang mestinya bisa ibadah tidak mau ibadah, tidak mau sholat. Pelit bisa
segalanya; pelit harta benda, pelit tenaga, pelit pikiran, pelit waktu juga
bisa. Nah, di sini orang tadi, orang yang sanggup berkurban, tetapi tidak mau
berkurban, Nabi berkata, “Jangan dekat-dekat tempat shalatku.” Artinya, dia
tidak berhak untuk masuk surga.
Pada
hadits berikutnya,
من باع جلد أضحيته فلا أضحية له
Orang
berkurban, dagingnya dibagi-bagi, kulitnya dijual, oleh Rasulullah Saw.
dikatakan, “Dia tidak berkurban.” Dia tidak bisa diterima kurbannya. Ibu kurban
dipotong, setelah dipotong, dagingnya di bagikan sedangkan kulitnya dijual,
maka kurban ibu tidak diterima. Sekarang ibu menyerahkan binatang kurban
kepada panitia, oleh panitia sudah terima. Kemudian dagingnya dibagi-bagi, tapi
kulitnya dijual oleh panitia. Kurban Ibu tetap diterima karena Ibu tidak
mendapat uang ganti dari kulitnya. Panitia barangkali melihat ada manfaat lain,
bukan untuk dibagi-bagi kepada panitia, tetapi untuk kepentingan masjid,
misalnya. Mungkin boleh seperti itu.
Inilah
Ibu-ibu sekalian tentang kurban. Bagaimana tentang hewan kurban? Umur hewan
kurban dan tata cara berkurban. Kurban berbeda dengan aqiqah. Kurban dalam
bahasa fiqihnya yaitu Udhhiyah (kurban), sedangkan aqiqah adalah memotong kambing
juga tetapi bukan pada hari Raya Kurban, namun karena ada kelahiran anak. Di
dalam aqiqah, kalau kita memotong kambing diupayakan supaya memotongnya jangan
dihancurkan, upayakan memotongnya pada ruas-ruasnya. Misalnya, kaki kambing kan
panjang karena ruasnya memang panjang, kalau begitu susah masaknya? Tidak,
diambil dagingnya saja. Ini di dalam aqiqah. Kalau kurban tidak, biasa saja,
dipotong-potong biasa supaya mudah dibagi-bagi, tidak ada aturan khusus. Kalau
dari sisi umurnya berapa tahun yang sah untuk dikurbankan? Umurnya adalah satu
tahun lebih. Artinya dua tahun jalan, satu tahun setengah boleh, satu tahun
tujuh bulan boleh, tapi jangan sampai kurang dari satu tahun. Di dalam cara
memotong juga jangan seenaknya. Karena ini kurban maka dipotong seenaknya.
Rasulullah Saw. bersabda,
إن الله كتب الإحسان على كل شيء ، فإذا
قتلتم فأحسنوا القتلة ، وإذا ذبحتم فأحسنوا الذبحة ، وليحد أحدكم شفرته ، وليرح
ذبيحته
Allah
berbuat kebaikan dalam segala hal, maka di dalam memotong kurban juga hendaklah
dipotong dengan baik, jangan kasar, dibanting begitu saja. Sekarang ini ada
model penyembelihan, sapi atau kerbau kan sulit untuk dirobohkan, ada yang di
pukul dulu sehingga dia pingsan, ada yang di tembak dulu sehingga dia jatuh
baru dipotong. Ini bukan cara Islam yang seperti ini, artinya disakiti dulu
kemudian baru dipotong. Kita meskipun sapi atau kerbaunya galak tentu harus
dengan cara yang sebaik-baiknya, kita tidak boleh memukulnya dulu.
فإذا قتلتم فأحسنوا القتلة ، وإذا ذبحتم
فأحسنوا الذبحة ، وليحد أحدكم شفرته
Ketika
kita memotong kambing, hendaknya memotong dengan sebaik-baiknya. Hendaknya
golok atau pisau yang digunakan untuk motong itu diasah terlebih dahulu, tidak
boleh asal supaya yang dipotong ini tidak begitu plocotan agar segera putus
urat-uratnya, sehingga bisa segera mati.
Kemudian
di sini juga dijelaskan tata caranya,
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : مر رسول
الله صلى الله عليه وسلم على رجل واضع رجله على صفحة شاة وهو يحد شفرته ، وهي تلحظ
إليه ببصرها ، قال : أفلا قبل هذا أو تريد أن تميتها موتتين
Didalam memotong
juga hendaknya dia tidak boleh melihat goloknya, ditakut-takuti dulu. Maka
kambingnya ditutup supaya tidak melihat, biasanya dengan daun. Binatang yang
lain pun juga jangan dekat-dekat supaya nanti tidak menakut-nakuti hewan kurban
yang lain. Ini tidak boleh seperti itu.
Inilah
Ibu-ibu sekalian tentang kurban, yang sebentar lagi kita akan melaksanakan.
Saya berharap dari pengajian ini ibu-ibu nanti sudah pasang niat, “Andaikata
tidak bisa kurban tahun ini, ya tahun depan. Tahun depan tidak bisa, tahun
depannya masih hidup sampai tahun depannya lagi.” Tolong supaya diniatkan agar
kita bisa melakukan kurban. Saya ingatkan juga nanti ada puasa lagi. Puasa tiga
belas tidak bisa karena tiga belas itu hari tasyrik di bulan dzulhijjah. Maka
kita ada puasa penggantinya yaitu puasa arafah dan puasa tarwiyah sebelumnya.
Nanti kita jelaskan pada saat yang akan datang, bagaimana puasa arafah
bagaimana puasa tarwiyah, bagaimana asal-usulnya puasa ini, nanti akan
dijelaskan pada pertemuan yang akan datang. Sekian saja pengajian pada hari,
insya Allah kita lanjutkan pada pertemuan yang akan datang. Semoga Allah SWT
memberikan kita kesempatan untuk berkurban. Mari kita tutup pengajian ini
dengan sama-sama membaca doa.
بسم الله الرحمن الرحيم
رب زدنا علما وارزقنا فهما ، اللهم انفعنا
بما علمتنا وعلمنا ما ينفعنا وارزقنا علما ينفعنا ، اللهم أعنا على ذكرك وشكرك
وحسن عبادتك ، سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك ،
وصلى الله على سيدنا محمد النبي الأمي وعلى آله وصحبه وسلم والحمد لله رب العالمين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar